Sunday, November 11, 2012

Guru Butuh (Belajar) Bertanya

Berinteraksi dengan siswa Sekolah Dasar saat melakukan penelitian di awal-awal tahun ini menambah keyakinan saya bahwa guru memiliki tugas yang sama sekali tidak mudah. Dimulai dari mempersiapkan bahan ajar, membuat hipotesis respon siswa, serta membuat antisipasi atas respon tersebut supaya proses belajar di kelas menjadi hidup. Ketika saya mengujicobakan desain pembelajaran yang saya susun, saya langsung berperan sebagai fasilitator dan berinteraksi dengan 6 orang siswa kelas 3. Merupakan pengalaman yang luar biasa bisa menemani dan mendampingi mereka belajar.

Ada satu hal yang cukup mengusik saya. Sebagai salah satu tahap penelitian, saya butuh mengulas video hasil rekaman proses pembelajaran yang saya lakukan. Ada tawa, ada bahagia, tapi ada banyak penyesalan bagi saya pribadi. Mengapa?

Thursday, June 14, 2012

Matematika sehari-hari #1: Diskon


Saya dan sahabat saya –sebut saja Dini – mendapatkan voucher diskon sebesar 20% dari sebuah gerai kerudung. Voucher ini kami dapatkan karena berbelanja dalam jumlah tertentu dan berlaku pada bulan berikutnya.

Dini bersikukuh bahwa jika bulan depan kami hanya membeli 1 item barang, maka kami rugi. Asumsi yang dia gunakan adalah semakin banyak jumlah item yang kami beli, maka semakin besar pula akumulasi diskon yang didapat.

Saya terdiam dan berpikir sebentar.

&#$%&$#$^%&^&^*%^*^&*%^ AHA! Saya menemukan argumen mengapa saya tidak sependapat dengan Dini.



Wednesday, May 23, 2012

Palpable Arithmetic

Hampir di setiap generasi kita menemui siswa dengan keterbatasan penglihatan. Sebagaimana siswa lain, mereka juga butuh untuk belajar matematika. Berawal dari kepedulian inilah, seorang profesor dari Utrecht University –Jan Van Maanen—bergabung dalam proyek untuk mengembangkan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan siswa ini dalam belajar matematika. Professor yang mengklaim dirinya sebagai seorang historian matematika ini menemukan sebuah fakta sejarah menarik. Ketertarikan beliau terhadap sejarah matematika dan buku-buku matematika klasik mengantarkan beliau ‘berkenalan’ dengan Nicholas Saunderson.

Siapa tokoh ini sebenarnya?

Saunderson adalah penemu Palpable Arithmetic. Beliau adalah seorang profesor matematika Lukasian di Universitas Cambridge. Saunderson pantas dikatakan sebagai matematikawan istimewa mengingat fakta keterbatasan penglihatan yang dimilikinya yaitu seorang tuna netra. Sayangnya, sang profesor wafat dalam usia yang relatif muda, yaitu 36 tahun pada April 1739. Karya beliau tertuang dalam buku berjudul Elements of Algerba. Buku yang diterbitkan setahun setelah wafatnya ini dibuka dengan bahasan tentang Palpable Arithmetic.

Apaan sih Palpable Arithmetic itu?