Friday, March 6, 2015

Pendidikan sampah

Suatu sore Diar dan aku  menonton pawai festival budaya di kota pahlawan. Iring-iringan pawai dipastikan menutup sebagian jalan utama. Berdesakan bersama rombongan penonton lain yang mulai berdatangan, kami mencari lokasi strategis.

Dimana ada gula di situ ada semut. Keramaian selalu berbanding lurus dengan beraneka ragam pedagang makanan. Tinggal pilih saja antara es potong, jagung rebus, pentol, sireng, gorengan, es buah, atau aneka jajanan lain. Kami pun menepi, membeli beberapa jajanan lalu duduk di tepi trotoar. Menikmati sore dan menghabiskan jajan sambil menantikan iringan pawai lewat.

Baru beberapa kali suapan, Diar menyikut lenganku.

"Lihat tuh, An, arah jam sembilan." Aku menoleh dan menyaksikan seorang wanita membuang bungkus bekas jajanan milik anaknya begitu saja di dekat trotoar.

Kami melongo sebentar.

"Kamu bawa kantong plastik kan? Sini!" Aku mengangguk lalu melanjutkan makanku sambil menunggu Diar mengucapkan sesuatu.